MargoyosoUpdate.com - Bumi tempat mahluk hidup berpijak terus mengalami beban yang sangat
berat, mulai dari polusi tanah, air dan udara, efek rumah kaca yang pada
akhirnya mengakibatkan pemanasan bumi secara keseluruhan, atau yang
tren disebut pemanasan global. Seperti diketahui, bahwa di kutub utara
dan kutub selatan terdapat dua jenis es, yaitu es musiman dan es abadi.
Es musiman adalah es yang terjadi karena musim dingin tiba, dan es abadi
ialah es yang sangat tebal yang hingga akhir abad ke 19 tidak pernah
mencair sekalipun saat itu sedang berlangsung musim panas.
Penelitian yang dilakukan secara intensive selama sepuluh tahun
terakhir menyebutkan bahwa terjadi pencairan pada titik-titik es abadi
berada dalam jumlah yang sangat masiv. Dr. Son Nghiem, seorang ilmuwan
di badan antariksa NASA, yang menggunakan pantauan citra satelit untuk
menentukan seberapa banyak es abadi yang cair.
"Yang kami amati adalah penurunan drastis es abadi dan luas penurunan
bisa dikatakan sangat luas. Pada tahun 2005 terjadi pengurangan hingga
14 persen atau wilayah seluas Texas maupun Turki," Ujarnya.
Banyak sekali dampak negatif yang akan terjadi dan dirasakan oleh
manusia pada akhirnya, diantaranya adalah terciptanya gas Merkuri akibat
dari mencairnya es di dua kutub bumi tersebut. Menurut Dr. Son Nghiem,
saat lapisan es menjadi lebih tipis dan kadar garam meningkat, akan
membuat interaksi sinar matahari dan es melepaskan zat Bromin ke udara.
Kemudian terjadi reaksi kimia yang merubah zat Bromin menjadi gas
Merkuri yang beracun, dan terkumpul di lapisan atmosfer dalam jumlah
besar. Merkuri tersebut kemudian menjadi gas polutan yang dihirup oleh
manusia, jatuh dan tersebar di seluruh wilayah bumi dan hingga pada
makanan yang di makan oleh manusia. Jadi, ini hanya tinggal menunggu
waktu, apakah manusia masih ingin terus mendiami bumi dengan menjaganya,
atau manusia ingin menghancurkan bumi demi kepentingan pribadi, karena
hingga saat ini es abadi masih terus mencair. (dari berbagai sumber)