Chikungunya
Penyakit Chikungunya sudah
tidak asing lagi ditelinga kita, tapi apa sih sebenarnya chikungunya itu?
Chikungunya berasal dari bahasa Makonde, diucapkan oleh
sebuah kelompok etnis di selatan-timur Tanzania dan Mozambik utara dari kata
kerja root "kungunyala", yang berarti "kering atau menjadi
berkerut," dan menandakan penyebabnya dari
liuk atau lipat. Secara harfiah, kata "Chikungunya" diterjemahkan
menjadi "yang tertekuk" dalam mengacu pada postur bungkuk yang
dikembangkan karena manifestasi rheumatological penyakit (Mohan, 2010).
Demam
Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh arbovirus yang ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes. Penyakit ini pertama dideskripsikan
pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian
KLB tahun 1952 di Makonde, daerah sepanjang
Tanganyika Mozambique. Epidemi
demam chikungunya telah dilaporkan dari beberapa negara di seluruh dunia. Penyakit
yang diam selama hampir 32 tahun ini, kembali
muncul dalam wabah Oktober 2005 di India. Masa
inkubasi berkisar dari 3 hingga 12 hari. Gejala yang muncul
biasanya ditandai dengan serangan mendadak dengan demam tinggi,
arthralgia parah, mialgia, dan ruam kulit. Sendi lembut bengkak dan
arthritis yang melumpuhkan biasanya jelas.
Virus
chikungunya telah menyebabkan wabah di Afrika Timur (Tanzania dan Uganda),
Zimbabwe dan Afrika Timur, di Afrika
Barat (Senegal), dan Afrika Tengah. Wabah terbaru muncul kembali di Afrika
pada tahun 1999-2000 di Kinshasa setelah menjadi Wabah Tanzania pada tahun 1952
(Lahariya et al., 2006). Kemudian Infeksi Epidemik CHIK dilaporkan di
Bangkok sampai pertengahan 1970-an, setelah itu aktivitas virus hampir
menghilang. Sporadis klinis Kasus Chik kembali terjadi di Bangkok pada
tahun 1988 dan yang terakhir dilaporkan
terjadi di Thailand selama tahun 1995 saat musim hujan. Sporadis dan
epidemi Chik juga telah dilaporkan dari Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar,
Indonesia, Malaysia dan Filipina (Laras et al., 2004).
Malaysia mencatat bahwa pada tahun 1998-1999,
terjadi wabah chikungunya meskipun Chik antibodi telah ditemukan pada manusia
serta tidak ada penyakit klinis sebelumnya. Laporan kasus kasus yang terbaru
terjadi di Filipina yang didiagnosis dari tiga relawan Korps Perdamaian pada
tahun 1986. Antibodi chik di Indonesia pertama kali diidentifikasi selama survey
dilakukan pada tahun 1972, menunjukkan bahwa virus Chik secara luas
didistribusikan di daerah. Wabah pertama yang terjadi di Indonesia,
ditetapkan sebagai 'Buku jari demam', yang disimpulkan dari anekdot Belanda
memoar telah digembar-gemborkan dari Batavia (Jakarta) pada tahun 1979, di
Samarinda dan Balikpapan, sepanjang pantai timur Kalimantan (Borneo
Indonesia). Sepuluh tahun kemudian
(1983), serangkaian Wabah Chik terjadi di Daerah Khusus, seperti Yogyakarta,
dengan serangan diperkirakan tingkat 70-90%. Selain itu, delapan kasus
wabah Chik lainnya dilaporkan antara
1982 dan 1985 di seluruh Indonesia (Laras et al., 2004).
A. Keluhan
dan gejala
Masa
inkubasi dari penyakit ini bekisar 2-12 hari, tapi biasanya 3-7 hari. Infeksi
dari CHIKV bersifat “sunyi” yaitu infeksi tanpa sakit, tapi bagaimana ini
terjadi masih belum diketahui (Kamath et all,2006).
Setelah 3-12 hari masa inkubasi,
penderita terkena serangan seperti flu secara mendadak dengan gejala meliputi
sakit kepala yang mengganggu, dingin, demam (400C,1040F),
artritis, dan mual. Sendi – sendi didaerah tertentu menjadi bengkak dan sakit
bila di sentuh. Beberapa pasien melaporkan bahwa nyeri pada sendi dan artritis
bisa bertahan hingga beberapa minggu atau bulan. Ruam mungkin terjadi, tapi
hemoragi jarang terjadi (WHO ,2008).
B.
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Test
yang bisa digunakan untuk penunjang Diagnostik penyakit ini antara lain deteksi
antigen dan anti body dengan serologi ELISA test. IgM yang ditest dengan ELISA
dibutuhkan untuk membedakan antara chikungunya dan demam berdarah. (Kamath at
all, 2006).
C.
Etiologi
Virus Chikungunya (CHIKV) berasal dari genus
Alphavirus, dengan famili Togaviridae. Vektornya adalah Aedes mosquito (sps
aegypti) yang juga merupakan vektor dari penyakit demam berdarah. Belakangan
Pasteur Institute di paris, mengklaim virus telah bermutasi sehingga bisa
ditransinmisi oleh Aedes albopictus. Virus
ini beruntai tunggal (RNA) molekul, dan
memiliki kapsid 60-70 nm diameter dan amplop fosfolipid (Mohan, 2010).
D.
Cara Pencegahan
Fokus
pencegahan diarahkan pada nyamuk. Sangat penting untuk mencegah
perkembangbiakan dari nyamuk, untuk mengontrol penyakit ini. (WHO, 2008). Untuk
mencegah gigitan nyamuk, gunakan pakaian lengan panjang untuk menutupi bagian
tubuh yang terbuka, losion pengusir nyamuk dan gunakan kelambu pada bayi.
Sedangkan cara mencegah perkembangbiakan nyamuk, bisa menerapkan 3 M, yaitu
menutup tampungan air, mengubur sampah yang bisa menampung air, dan menguras
air.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mendidik masyarakat
dan pejabat kesehatan masyarakat, pengendalian vektor mengukur seperti memotong
pembibitan siklus dan penyemprotan insektisida harus dimulai pada tingkat
individu dan masyarakat karena hal ini dapat bermanfaat. Pengawasan dan
pengendalian vektor adalah elemen kunci dalam mengandung wabah Chikungunya
demam. Keterlibatan aktif masyarakat dan otoritas kesehatan masyarakat
atas tindakan pengendalian kebersihan dan nyamuk sangat penting untuk berdiri
kesempatan dalam perang melawan nyamuk. Pengelolaan terpadu vektor untuk
mengurangi atau mengganggu transmisi penyakit harus dikejar (Laras et al.,
2004).
E.
Pengobatan
Tidak
ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, Vaksin masih diteliti dan belum
ditemukan. Penyakit ini termasuk dalam “self limiting disease” dimana penyakit
ini akan sembuh dengan sendirinya. Pengobatan pada gejalanya sangat dianjurkan,
istirahat, cairan, dan ibuprofen, naproxen, acetaminophen atau parasetamol bisa
meringankan gejala dari demam dan nyeri. Aspirin harus dihindari. Chloroquine
phospate (250 mg/perhari) sudah dicoba pada pengobatan arthralgia pada
chikungunya dan hasilnya menjanjikan.
- Prognosis
Prognosis dari penyakit in baik. Penyakit ini
bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian dan
tidak ada terapi antivirus spesifik yang tersedia untuk virus chikungunya. Pengobatan yang mendukung
yaitu dengan istirahat yang cukup, penambahan vitamin, dan gejala dapat diobati
dengan penghilang rasa
sakit (analgesik) seperti parasetamol digunakan untuk menurunkan demam.
Obat anti-inflamasi juga digunakan . Semua orang yang terkena penyakit harus dilindungi dari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut dari virus.
diambil dari beberapa sumber
oleh : Nindya Lina Ryantika