Margoyoso Update - Microsoft resmi merilis sistem operasi terbarunya, Windows 8, Jumat (26/10/2012). Pengembang aplikasi
(developer)
menyambut hangat kedatangannya, yang diyakini membawa angin segar dalam
hal pengembangan maupun bisnis. Kelebihan dan kekurangan apa saja yang
ada di Windows 8?
Microsoft kini membuka toko aplikasi
online di Windows 8, yang diberi nama Windows Store. Dengan adanya toko aplikasi
online ini, para pengguna diharapkan tertib mengunduh aplikasi dari Windows Store. Ini memudahkan
developer dalam mengontrol aplikasi mereka.
Yusak Setiawan dari TigaBelas Technology mengatakan, Windows Store membuka peluang bagi
developer
Indonesia untuk menembus pasar global. Microsoft telah membuka
pendaftaran akun Windows Store sejak Agustus 2012 . Agar sebuah aplikasi
masuk ke Windows Store, dibutuhkan penilaian yang cukup ketat.
"Ketat memang. Lebih ketat dibandingkan Android. Tapi kalau dibandingkan dengan iOS, masih lebih ketat iOS," kata Yusak.
Agar sebuah aplikasi bisa masuk ke Windows Store, pihak pengontrol
dari Microsoft memeriksa terlebih dahulu konten dan kerapihan tampilan
antarmuka penggunanya (User Interface/UI). Waktu yang diperlukan untuk
pemeriksaan itu kurang lebih sepekan. Jika UI sebuah aplikasi menyimpang
dari ketentuan, bisa jadi tidak lolos.
Selain kategori
game, aplikasi yang ingin masuk ke Windows
Store, diharuskan mengusung tampilan Windows 8-style UI, mengacu pada
desain kotak-kotak seperti bentuk lantai. Tampilan ini sebelumnya akrab
disebut Metro Style. Namun, sejak Agustus lalu, Microsoft mengubah nama
Metro Style menjadi Windows 8-style UI. Selain itu,
developer juga
bisa memanfaatkan fitur Live Tile untuk menyajikan konten terkini dan
Charm Bar agar aplikasi terkesan lebih hidup dan interaktif.
Windows 8 kini tidak hanya berjalan di PC, tapi juga di tablet yang menggunakan prosesor berarsitektur x86 dan ARM.
Keberadaan komputer kategori baru
convertible, juga membuka peluang bisnis baru bagi
developer. Convertible
adalah komputer yang bisa difungsikan sebagai tablet ataupun PC.
Beberapa produsen komputer membuat komputer yang bisa digeser. Jika
dibuka atau digeser ke atas, ia akan berwujud seperti notebook. Tapi
jika ditutup atau digeser ke bawah, ia nampak seperti tablet. Ada pula
produsen yang membuat tablet, namun disertai dengan
dock papan ketik
(keyboard).
Vice President Navcore Nextology Farid Zulkarnain berpendapat, komputer
convertible menjawab
permasalahan pengguna tablet yang selama ini kurang nyaman bekerja
dengan sentuhan jari. "Bagaimanapun, banyak orang yang lebih nyaman
bekerja dengan keyboard, touchpad, ataupun mouse," kata Farid saat
dijumpai
KompasTekno beberapa waktu lalu.
Di sinilah tantangan baru bagi
developer, bagaimana membuat aplikasi untuk dua modus bentuk fisik, sehingga aplikasi tersebut nyaman digunakan saat
convertible difungsikan sebagai tablet maupun PC.
Kekurangan
Sejak windows 8 hadir, Microsoft menginginkan agar semua aplikasi
(kecuali game)
dapat mengadopsi tampilan Windows 8-style UI. Beberapa pengembang
aplikasi sebenarnya kurang nyaman dengan peraturan ini. Semua aplikasi
akan terlihat sama, dengan desain kotak-kotak. Dalam pelatihan membuat
aplikasi Windows 8, pertanyaan semacam ini sering dilontarkan para
developer.
"Nilai keunikan sebuah aplikasi jadi hilang. Semua jadi kotak-kotak," kata Yusak.
Untuk mengakalinya, menurut Yusak,
developer bisa memainkan desain pada latar belakang, tata letak, ataupun teks.
Ada pula
developer yang menganggap tampilan kotak-kotak
ukuran terkecil di Windows 8 masih terlalu besar. Jika pengguna memasang
banyak aplikasi, maka akan terlihat banyak kotak-kotak berjejer ke
kanan. Pengguna harus terus menggeser halaman tampilan utama untuk
mencari aplikasi yang hendak dibuka.
Namun, pengguna ini bisa mengatasi masalah ini dengan masuk ke modus tampilan
desktop.
Untuk membuat aplikasi di Windows, dibutuhkan
software Visual Studio, yang di dalamnya terdapat alat-alat untuk membangun aplikasi. Bagi perusahaan rintisan
(startup), harga
software Visual
Studio terbilang mahal. "Kalau mau bikin aplikasi keren, pakai Visual
Studio versi Express. Tapi harga lisensinya mahal. Ini berat untuk
startup yang masih merintis seperti kita," kata Dedi Mulyana dari Garuda Studio asal Bandung.
Para
developer juga berharap, Microsoft dapat melakukan
sosialisasi mendispilinkan pengguna agar mengunduh aplikasi dari Windows
Store. Ini dilakukan untuk menekan angka pembajakan aplikasi. Selain
itu, beberapa
developer juga berharap Microsoft bisa menjual
aplikasi berbayar dalam mata uang Rupiah, sebagau upaya meningkatkan
kesadaran menggunakan aplikasi berbayar, dan dapat mendorong penciptaan
aplikasi lokal.
sumber : kompas.com