Margoyoso Update - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Semarang mencatat puncak musim kemarau di Jawa Tengah akan mundur selama
sepuluh hari. Sementara musim kemarau kali ini juga disertai kelembaban
udara yang ekstrim mencapai 20 sampai 30 persen.
Fenomena tahunan musim kemarau di Semarang akhir-akhir ini cukup
berat dirasakan bagi sebagian warga kota ini. Apalagi datangnya musim
kemarau diprediksi akan mundur selama satu dasarian atau sepuluh hari.
Dari data BMKG, datangnya musim kemarau di Kota Semarang jatuh pada
bulan Mei sampai September, tetapi sampai pertengahan September ini
belum ada tanda-tanda wilayah Kota Semarang diguyur hujan. Pada bulan
Agustus kemarin, suhu muka laut di perairan Laut Jawa dan laut Samudra
Indonesia mencapai 26 sampai 27 derajat Celcius, tetapi pada pertengahan
bulan September ini suhu udara di perairan tersebut baru naik menjadi
28 derajat Celcius. Kenaikan ini baru mempengaruhi 40 persen terjadinya
awan untuk membentuk titik-titik air.
Menurut Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Septima,
terjadinya kekeringan ini juga disebabkan adanya Topan El Nino lemah di
sekitar Jawa Tengah. Apalagi kekeringan kali ini disertai kelembaban
yang ekstrim mencapai 20 sampai 30 persen dengan suhu mencapai 36
derajat Celcius.
Dampak dari kekeringan yang disertai topan El Nino akan menimbulkan
kekeringan dan tanah bisa menjadi pecah-pecah. Secara umum awal musim
hujan di Jawa Tengah dibagi menjadi tiga bagian yakni Jawa Tengah bagian
barat hujan akan turun pada bulan September, Jawa Tengah bagian tengah
hujan akan turun pada bulan Oktober dan Jawa Tengah bagian timur pada
bulan November. (Suryo Wicaksono - Semarang)